Senin, 13 Januari 2014

Jangan Anggap Enteng Anemia pada Anak

Jangan Anggap Enteng Anemia pada Anak




Adanya siklus menstruasi setiap bulan merupakan salah satu faktor penyebab perempuan mudah terkena anemia atau akrab dikenal dengan istilah kurang darah. Namun, anemia kini tak hanya diderita kaum perempuan, tetapi mulai banyak diderita anak-anak. Faktor penyebabnya adalah konsumsi makanan yang defisiensi zat besi dan terkena infeksi penyakit seperti cacing dan malaria.

Melihat dampaknya pada kecerdasan anak dan daya tahan tubuh, anemia bagi anak jangan dianggap enteng. Untuk itu, perlu pendeteksian lebih dini agar apa yang terjadi dapat diatasi dengan lebih baik.
"Angka kematian akibat ibu hamil anemia memang cukup tinggi. Bila penyakit tersebut menjangkiti bayi yang dikandungnya, hal itu akan menghambat perkembangan fisik dan intelektual anak," kata dr Pauline Endang SpGK, Kepala Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum Fatmawati.
Menurut dr Pauline, bayi lebih berisiko terkena anemia di masa pertumbuhannya yang berjalan cepat, akibat tidak memperoleh masukan zat besi dalam jumlah yang cukup. Begitu juga dengan bayi yang berat badannya terlalu rendah atau bulan lahirnya kurang dari normal, mereka memiliki risiko menderita anemia, karena persediaan zat besi dalam tubuhnya hanya sampai umur dua bulan saja. "Demikian halnya anak umur 1-3 tahun mudah sekali terserang anemia, karena anak pada usia tersebut sulit sekali mengonsumsi makanan yang mengandung banyak zat besi," tuturnya.
Dijelaskan, anemia adalah kondisi dimana kadar hemoglobin atau hemat okrit dalam darah kurang dari batas normal, yang sesuai usia (bayi dan anak) atau jenis kelamin (dewasa). Rendahnya kadar hemoglobin itu mempengaruhi kemampuan darah menghantarkan oksigen yang dibutuhkan untuk metabolisme tubuh yang optimal.
"Anemia defisiensi besi ini dapat diketahui dari pemeriksaan hemoglobin (HB). Jika HB kurang, dapat dikatakan anak tersebut menderita anemia. Karena fungsi HB adalah untuk membawa oksigen ke seluruh jaringan tubuh," ucapnya.
Karena zat besi berfungsi sebagai pembentuk hemoglobin, maka jenis anemia defisiensi besi ini merupakan jenis kasus anemia yang paling banyak ditemui. Data WHO menyebutkan sekitar 2 miliar penduduk dunia terkena penyakit tersebut.
Dr Pauline menambahkan, masalah anemia patut mendapat perhatian. Karena selama kurun waktu 2001-2003 tercatat ada sekitar 2 juta ibu hamil yang menderita anemia gizi, 350.000 bayi lahir dengan berat badan rendah, 5 juta balita menderita gizi kurang, serta 8,1 juta anak menderita anemia.
Pada anak berusia dua tahun, anemia bisa menyebabkan gangguan koordinasi dan keseimbangan. Sehingga anak kelihatan menarik diri dan selalu ragu. Hal tersebut bisa menyebabkan terhambatnya kemampuan anak dalam berinteraksi dengan temannya.
"Gejala yang ditimbulkan adalah anak terlihat lemah, lelah, letih, lesu, menurunnya daya pikir, mata berkunang-kunang, berkurangnya daya tahan tubuh dan keringat dingin," kata Pauline.
Bayi yang mengalami anemia umumnya lebih rewel, susah makan, kulit pucat, suhu tubuh kadang-kadang dingin dan daya tahan tubuh menurun yang ditandai dengan gampang jatuh sakit dibandingkan dengan anak sebayanya.baca selengkapnya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar